Menarik ketika memulai membaca buku
ini, sebab pada bagian preface on
personal and professional readings of the Qur’an, Steenbrink sudah mulai
membahas mengenai beberapa ayat Qur’an yang menjadi polemik dengan umat
Kristen. Misalnya, ia membahas mengenai Surah Al-'Ikhlāş yang isinya seperti
menyerang umat Kristen yang menganut paham bahwa Yesus dilahirkan sebagai anak
manusia. Namun, perlu diketahui bahwa setiap ayat dalam Qur’an diwahyukan
dengan tujuan. Steenbrink menjelaskan bahwa tujuan ayat itu diwahyukan adalah
untuk menyerang orang-orang yang menganut polyteisme Arab yang memuja dewa
perempuan yang mengaku sebagai anak perempuan dari Allah. Steenbrink
menambahkan, dalam Surah An-Najm ayat 19-22 dijelaskan bahwa jika Allah
menghendaki anak, maka sekali-kali itu adalah anak laki-laki dan bukan anak
perempuan. Lagipula, ke-Bapa-an Allah dan ke-Anak-an Yesus bukan semata-mata
hanya fisiknya saja, tetapi lebih pada relasi Allah sebagai Bapa dan Yesus
sebagai Anak. Dengan memulai menjelaskan ini, Steenbrink secara tersirat ingin
menjelaskan bahwa ketika membaca Al-Qur’an, dibutuhkan pengetahuan akan keadaan
di Arab sebelum Qur’an diturunkan, baik keadaan religius maupun keadaan sosial
politik.
Dari segi religiusitas, Steenbrink
mencatat ada 360 berhala di dalam Ka’abah, satu untuk disembah setiap harinya
dalam setahun. Beberapa berhala yang dipercaya dan disembah masyarakat Arab ketika
Al-Quran belum diturunkan kepada Nabi Muhammad dan terdapat dalam Ka’bah adalah:
· Dewa
Hubal
Dewa Hubal adalah dewa laki-laki pada masa Jahiliyah yang
disembah di Ka’bah (Steenbrink 2011, 21) . Menurut analisis
Dr. Robert Morey, Patung Hubal adalah dewa bulannya suku Quraish, yang kemudian
dihancurkan oleh Muhammad. Apa yang disebut sebagai "allah" adalah
patung Hubal itu (Duladi 2008) . Dewa
Hubal berasal dari wilayah Mesopotamia. Hubal adalah dewa yang berhubungan
dengan dengan sekelompok bintang atau rasi bintang.
· Al
- Lāt, Al – ‘Uzzā, dan Manāt
Ketiga berhala adalah sosok dewi ini disebutkan dalam Sûrah 53 dalam Qur’an (Steenbrink 2011, 21) . Al – ‘Uzzā artinya
‘Yang Maha Kuasa’, juga dikenal sebagai Dewi Bintang Fajar. Al - Lāt, merupakan
bentuk feminin dari Allah, berarti ‘Dewi’. Manāt adalah seorang dewi waktu /
nasib yang berwujud nenek tua. Ketiganya dianggap sebagai puteri-puteri
Allah, tapi ada juga yang menganggap Manat dan Lat adalah puteri dari Uzza (Mita 2012) .
· Asaf
dan Naila
Asaf dan Naila adalah dua orang yang dikutuk Allah menjadi
patung karena telah melakukan hubungan seksual di dalam Ka’abah. Patung ini
berdiri kokoh diatas Zamzam - mata air deras yang penting dalam bidang ekonomi
yang membuat para kafilah (rombongan pedagang) tertarik datang ke Mekah. Dalam
Islam, sumur Zamzam ini diidentifikasi sebagai mata air yang ditemukan Hagar
untuk dirinya dan Ismael (anaknya) setelah Abraham menyuruh mereka pergi (Steenbrink 2011, 22) .
· Ikon
Yesus dan Maria
Menurut Ibn Ishâq, ada pula ikon Maria dan Yesus di dalam
Ka’bah. Hal ini terungkap ketika pada masa pemurnian Ka’bah, seorang wanita
Kristen Arab melihatnya. Inilah spekulasi kuat bahwa Ka’bah menjadi tempat
kultus Kekristenan meski tak ada bukti yang kuat pula (Steenbrink 2011, 22) .
Dari
segi sosial-politik, kata jāhilīyyah dipakai
untuk menandakan atas kebanggaan yang berlebihan dalam menghormati keluarga,
terutama klan. Dalam puisi pra-Islam, maskulinitas dan rasa bangga sering
dianggap sebagai kebajikan tertinggi. Menurut para peneliti barat di tahun
1950-1960an, etika Qur’an menjadi motor perubah sosial-ekonomi di Mekkah.
Muhammad memberikan etika baru di tempat yang menekankan solidaritas suku dan keluarga
dengan cara menghubungkan status keluarga terhadap mereka yang lemah, miskin,
janda, dan anak yatim (Steenbrink 2011, 23) .
Diperkuat
dengan Roh Kudus (Surah 2:87, 136, dan 253)
Keseluruhan
Surah Al-Baqarah ini berhubungan dengan kitab Taurat Yahudi, serta
tradisi-tradisi keagamaan Yahudi lainnya, namun dalam Surah Al-Baqarah ini
ditunjukkan penolakan ajaran Yahudi dan ditransformasikan menjadi ajaran Islam.
Misalnya arah berdoa dipindah dari Yerusalem ke Mekkah, puasa tidak lagi pada
hari raya Yahudi, tetapi pada bulan Ramadhan.
Yesus berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya yang
diceritakan dalam Al-Quran. Yesus lebih difokuskan kepada mukjizat-Nya sebagai
pembuktian kuasa Allah (Surah 2:87)[1].
Meskipun berbeda dari nabi-nabi yang lain, Al-Quran pun mengajarkan bahwa semua
nabi yang memediasi Wahyu Allah pada prinsipnya sama (Surah 2:136). Jadi Yesus
dengan Musa, Abraham, Yakub, dan lainnya itu sama. Namun, perlu diketahui bahwa
nabi dan rasul itu berbeda.
Cucu
Imran (Surah 3:35-63 dan 84)
Dalam
Surah 3 ini, Qur’an juga menjelaskan mengenai eksistensi Yesus dalam keluarga
Maria. Menurut Qur’an, Imran adalah nama ayah dari Maria; yang juga adalah
kakek dari Yesus. Surah 3 inilah yang menyajikan bagian terpanjang dan lengkap
tentang Yesus dalam Al-Qur’an dengan membaginya ke dalam 5 bagian. Dibandingkan
dengan bagian naratif panjang lainnya, seperti Surah 19, disebutkan kelas
tinggi untuk Yesus, seperti Firman Allah dan Mesias meskipun ini tidak
dijabarkan lebih lanjut.
Cerita bagian Yesus di Surah 3 ini diberikan oleh
delegasi Kristen dari Najran, sebuah kota di bagian pegunungan Yaman di
Selatan-barat Saudi. Kekristenan telah tiba di sana melalui Faimiyun tertentu,
seorang pedagang dari Najran yang sementara di Suriah, diperintahkan dan
dibaptis oleh seorang kenalan.
Diselamatkan
dari Salib, tidak dari Trinitas (Surah 4: 153-162; 171-172)
Surah
4 ini disebut an-nisā atau wanita,
karena bagian pertama dari teks ini berisi sejumlah peraturan mengenai hubungan
antara pria dan wanita, atau lebih khusus tentang perempuan itu sendiri. Jelas
bahwa peraturan bagi masyarakat keagamaan lebih terwujud dibandingkan ketentuan
hukum yang ketat saja, meskipun banyak pasal yang polemik dalam surah ini.
Ayat 153-175 adalah bagian yang kuat terhadap 'Ahli
kitab', di mana kita harus memahami orang-orang Yahudi dari Madinah. Mereka
dikutuk karena beberapa tindakan, semua yang kita sudah tahu dari para nabi
Yahudi tua dan juga dari Yesus: dari kisah Lembu Emas untuk pembunuhan para
nabi. Mereka
juga mengutuk karena mereka ingin melihat Yesus dibunuh, dan membual bahwa
mereka telah mencapainya. Namun Allah telah ‘mengangkat Yesus ke Surga’. Dalam
ayat 171-172 kita menemukan argumen terhadap ‘Ahli kitab' yang memberi
kemiringan sangat berbeda. Ada penolakan jelas bahwa doktrin bahwa Allah harus
tampak ‘tiga’.
Dalam ayat 171 tentunya kita harus memahami alamatnya
adalah untuk ‘Ahli kitab' dan merujuk kepada orang-orang Kristen. Dalam banyak
kasus lain itu mengacu pada orang-orang Yahudi, tetapi konteks Kristen
ditampilkan lebih untuk diperhatikan dalam ayat ini. Atau kita harus menarik
ada diferensiasi di sini, dengan Muhammad membuat titik di sini juga dengan
Yahudi-Kristen, orang Yahudi yang percaya Yesus atau sekte yang sulit untuk
mengklasifikasikan? Tujuan ayat ini adalah bahwa keesaan Tuhan dan batas antara
Allah dan manusia, termasuk Yesus, bisa dibentuk.
Hamba
Allah yang Diterima Injil (Surah 5:17-18, 46, 72-79, 110-120)
Seluruh surah kelima ini adalah kolase resep praktis dan
elemen polemik, di mana Yudaisme digambarkan negatif dibandingkan dengan
kekristenan. Hal ini dikemukakan secara tajam di 5:82. Namun, bukan orang
Yahudi saja yang ditolak dalam surah ini. Di samping pujian bagi orang Kristen,
pada ayat 82 ada kritik tajam dari mereka, antara lain dalam komentar tentang
pandangan orang Kristen terhadap Yesus.
Surah 5, dalam bagian akhir jelas perbaikan dalam hal
pemahaman Kristen tentang Yesus. perbaikan ini ditempatkan di mulut Yesus
sendiri, yang diatur dalam hampir secara liturgis. Hal memuji Tuhan, sebagai
satu-satunya Tuhan yang harus dilayani, yang menjadi saksi dan akan menghukum
kejahatan.
Benar
Seperti Elia (Surah 6:85)
Surah 6 secara keseluruhan harus mengusung tema
terdahulunya, yakni bahwa manusia tidak percaya para nabi yang diutus oleh
Allah. Bahkan jika Muhammad telah datang dengan sebuah kitab yang ditulis,
orang masih tidak akan percaya padanya. Bahkan Muhammad telah didukung oleh
malaikat bahwa masalah itu tidak akan pernah selesai sampai mereka mendapat
azab (ayat 10).
Mengejutkan bahwa tidak ada perhatian yang tepat
diberikan kepada kronologi dalam Surah 6:82-86. Musa dan Harun ditempatkan di
kemudian waktu, setelah david dan solomon. Ismael tidak ditempatkan sama sekali
dalam kaitannya dengan Abraham. Hanya pada periode Madinah, Abraham yang akan
dimuliakan sebagai pendiri Ka'bah di Makkah, dan juga kemudian hanya sebagai
ayah dari Ismail.Elia dalam bahasa Arab bernama Ilyās. Dia tertulis di Al-Quran hanya di Surah 37:123-132, tetapi
dalam legenda Arab dan Islam dari para nabi ia menjadi jelas diidentifikasi
sebagai Elia Alkitab.
Ezra
dan Yesus Bukanlah Anak Allah (Surah 9:30-31)
Surah
ke-9 ini tidak diragukan lagi sebagai yang paling kejam dalam Al-Qur’an. Ada
banyak pembicaraan tentang kekerasan, tanpa batasan dan sering dalam cara yang
positif. urah memiliki fitur ini kesamaan dengan kitab Yosua dan Hakim-hakim
dalam Alkitab Perjanjian Lama. Misalnya, ayat 29 dalam surah ini mengacu pada
pertempuran, tetapi dengan siapa? Banyak intepretasi atas ayat ini bahwa yang
diperangi adalah orang Yahudi dan Kristen, ada juga yang berpendapat orang
Manicheans dan Zoroastrians, ada juga yang berpendapat orang Hindu dan Buddha;
mereka yang dianggap menyembah banyak Allah.
Penolakan akan Ezra sebagai anak Allah (menurut orang
Yahudi) dan Yesus sebagai anak Allah (menurut orang Kristen) terlihat dalam
ayat 30-31 menurut Al-Qur’an. Padahal sesungguhnya, Orang Yahudi juga tidak
menerima Ezra sebagai anak Allah atau sebagai Allah. Namun ada sejumlah tradisi
pasca-Alkitab di mana Ezra disajikan sebagai seseorang yang tidak mati (seperti
Musa dan Elia), tetapi diambil dari kalangan laki-laki dan dibawa oleh Allah
untuk dirinya sendiri.
Tidak
Ada Anak Bagi Allah (Surah 10:68, 18:4)
Dalam
Surah 10:68 berkaitan dengan Surah 112 di mana ada sejumlah ayat dalam Al-Quran
yang mengambil kepercayaan dari orang-orang Arab bahwa Allah memiliki anak, dan
khususnya anak perempuan. Ayat ini bisa berdiri sendiri sebagai penolakan
terhadap kemungkinan bahwa Allah akan memiliki anak atau bahkan anak perempuan,
hanya dalam 43:16 dan 53:21. Anak selalu netral gender, seperti kata yang
digunakan di sini, walad. Dalam hal
ini juga harus menunjukkan bahwa sebelumnya pada ayat 66 ada referensi
eksplisit mereka yang menyembah mitra atau rekan di tempat Allah. Surah 18:4
juga tidak jelas ditujukan untuk siapa, apakah kepada orang yang menganut
kepercayaan Arab atau orang Kristen.
Anak
Maria (Surah 19:16-40 dan 88-96)
Kisah kehidupan
Yesus dalam Surah ini agak lebih pendek dibandingkan Surah 3, tetapi tentu
harus dilihat sebagai akun yang lengkap, dari pemberitaan dan melahirkan
pembahasan kematiannya. Dalam penafsiran Al-Qur’an secara umum menyimpulkan
bahwa bagian ini 19:1-33 adalah bagian tertua tentang Yohanes dan Yesus.
Setelah narasi itu ada dua bagian polemik, 34-40 dan 88-98. Bagian akhir harus
diambil sebagai menentang keyakinan bahwa dewa tua Arab dan dewi bisa dianggap
sebagai anak-anak, mungkin putri, Allah.
Namun, dalam konteks Surah ini, argumen juga harus
diambil sebagai koreksi kepercayaan Kristen. Dengan banyak rasa hormat dan
penghargaan untuk tokoh sebelum Yesus, Al-Qur'an tetap telah membawa pesan
sendiri di sini. Pesan
itu menjadi sistematis bernada dalam kitab wahyu: secara berurutan untuk para
nabi sebelumnya seperti Zakaria, Yesus, Abraham, Musa, dan lainnya pesan dibawa
mengenai keilahian tunggal, beritanya, di antaranya lebih lanjut menekankan
perannya sebagai hakim pada hari penghakiman.
Refleksi
Setelah membaca buku ini, pikiran
saya terbuka terhadap agama Islam, khususnya Yesus dalam agama Islam. Di dalam
agama Islam, Yesus diakui sebagai nabi dan Ia dihormati dalam Al-Qur’an. Memang
banyak polemik tentang Yesus dalam Al-Qur’an, namun Steenbrink mencoba
menjelaskan bahwa polemik itu sebenarnya diciptakan dari intepretasi
orang-orang terhadap is Al-Qur’an itu sendiri. Buktinya, ayat-ayat dalam
Al-Quran yang sering dikatakan sebagai polemik, diungkap oleh Steenbrink
sebagai bukan polemik. Misalnya, masalah Yesus sebagai Anak Allah. Al-Quran
tidak pernah secara tegas mengatakan bahwa mereka mengutuk itu, tetapi mereka
mengutuk kepada kepercayaan-kepercayaan yang percaya bahwa Allah memiliki anak
(secara lahiriah).
Sisi Yesus dalam
sudut pandang Al-Qur’an dikupas mulai dari ia silsilah keluarganya hingga
peristiwa kematiannya[2].
Bahkan Al-Qur’an membahas mengenai kakek dari Yesus yang bernama Imran yang
ternyata telah menazarkan Maria ketika Maria dikandung ibunya. Jadi, ini
memunculkan pandangan baru bagi saya bahwa Maria tidak secara kebetulan dipilih
Allah sebagai perantaraan, tetapi memang karena nazar ayah Maria sehingga ia
dipilih Allah sebagai perantaraan untuk menghadirkan Yesus ke dunia. Namun,
pembahasan mengenai Yesus dalam Al-Quran memang hanya berfokus pada
mukjizat-mukjizat Yesus saja.
Daftar Acuan
Duladi.
ALLAH: Hubal or Hajar Aswad; Mantan or Masih Dewa Bulan? 26 Maret 2008. http://indonesia.faithfreedom.org/forum/allah-hubal-or-hajar-aswad-mantan-or-masih- dewa-bulan-t23646/ (diakses Oktober 4, 2013).
Mita. Puteri-puteri
Allah. 19 March 2012.
http://sejarah.kompasiana.com/2012/03/19/puteri-puteri- allah-448174.html (diakses October 30, 2013).
Steenbrink, Karel. The
Jesus Verses of The Qur'an. Noida: Henry Martyn Institute, 2011.
No comments:
Post a Comment