Monday, December 16, 2013

The Jesus Verses of The Qur’an – Karel Steenbrink

            Menarik ketika memulai membaca buku ini, sebab pada bagian preface on personal and professional readings of the Qur’an, Steenbrink sudah mulai membahas mengenai beberapa ayat Qur’an yang menjadi polemik dengan umat Kristen. Misalnya, ia membahas mengenai Surah Al-'Ikhlāş yang isinya seperti menyerang umat Kristen yang menganut paham bahwa Yesus dilahirkan sebagai anak manusia. Namun, perlu diketahui bahwa setiap ayat dalam Qur’an diwahyukan dengan tujuan. Steenbrink menjelaskan bahwa tujuan ayat itu diwahyukan adalah untuk menyerang orang-orang yang menganut polyteisme Arab yang memuja dewa perempuan yang mengaku sebagai anak perempuan dari Allah. Steenbrink menambahkan, dalam Surah  An-Najm ayat 19-22 dijelaskan bahwa jika Allah menghendaki anak, maka sekali-kali itu adalah anak laki-laki dan bukan anak perempuan. Lagipula, ke-Bapa-an Allah dan ke-Anak-an Yesus bukan semata-mata hanya fisiknya saja, tetapi lebih pada relasi Allah sebagai Bapa dan Yesus sebagai Anak. Dengan memulai menjelaskan ini, Steenbrink secara tersirat ingin menjelaskan bahwa ketika membaca Al-Qur’an, dibutuhkan pengetahuan akan keadaan di Arab sebelum Qur’an diturunkan, baik keadaan religius maupun keadaan sosial politik.
            Dari segi religiusitas, Steenbrink mencatat ada 360 berhala di dalam Ka’abah, satu untuk disembah setiap harinya dalam setahun. Beberapa berhala yang dipercaya dan disembah masyarakat Arab ketika Al-Quran belum diturunkan kepada Nabi Muhammad dan terdapat dalam Ka’bah adalah:
·      Dewa Hubal
     Dewa Hubal adalah dewa laki-laki pada masa Jahiliyah yang disembah di Ka’bah (Steenbrink 2011, 21). Menurut analisis Dr. Robert Morey, Patung Hubal adalah dewa bulannya suku Quraish, yang kemudian dihancurkan oleh Muhammad. Apa yang disebut sebagai "allah" adalah patung Hubal itu (Duladi 2008). Dewa Hubal berasal dari wilayah Mesopotamia. Hubal adalah dewa yang berhubungan dengan dengan sekelompok bintang atau rasi bintang.
·      Al - Lāt, Al – ‘Uzzā, dan Manāt
     Ketiga berhala adalah sosok dewi ini disebutkan dalam Sûrah 53 dalam Qur’an (Steenbrink 2011, 21). Al – ‘Uzzā artinya ‘Yang Maha Kuasa’, juga dikenal sebagai Dewi Bintang Fajar. Al - Lāt, merupakan bentuk feminin dari Allah, berarti ‘Dewi’. Manāt adalah seorang dewi waktu / nasib yang berwujud nenek tua.  Ketiganya dianggap sebagai puteri-puteri Allah, tapi ada juga yang menganggap Manat dan Lat adalah puteri dari Uzza (Mita 2012).
·      Asaf dan Naila
     Asaf dan Naila adalah dua orang yang dikutuk Allah menjadi patung karena telah melakukan hubungan seksual di dalam Ka’abah. Patung ini berdiri kokoh diatas Zamzam - mata air deras yang penting dalam bidang ekonomi yang membuat para kafilah (rombongan pedagang) tertarik datang ke Mekah. Dalam Islam, sumur Zamzam ini diidentifikasi sebagai mata air yang ditemukan Hagar untuk dirinya dan Ismael (anaknya) setelah Abraham menyuruh mereka pergi (Steenbrink 2011, 22).
·      Ikon Yesus dan Maria
     Menurut Ibn Ishâq, ada pula ikon Maria dan Yesus di dalam Ka’bah. Hal ini terungkap ketika pada masa pemurnian Ka’bah, seorang wanita Kristen Arab melihatnya. Inilah spekulasi kuat bahwa Ka’bah menjadi tempat kultus Kekristenan meski tak ada bukti yang kuat pula (Steenbrink 2011, 22).
Dari segi sosial-politik, kata jāhilīyyah dipakai untuk menandakan atas kebanggaan yang berlebihan dalam menghormati keluarga, terutama klan. Dalam puisi pra-Islam, maskulinitas dan rasa bangga sering dianggap sebagai kebajikan tertinggi. Menurut para peneliti barat di tahun 1950-1960an, etika Qur’an menjadi motor perubah sosial-ekonomi di Mekkah. Muhammad memberikan etika baru di tempat yang menekankan solidaritas suku dan keluarga dengan cara menghubungkan status keluarga terhadap mereka yang lemah, miskin, janda, dan anak yatim (Steenbrink 2011, 23).
Diperkuat dengan Roh Kudus (Surah 2:87, 136, dan 253)
            Keseluruhan Surah Al-Baqarah ini berhubungan dengan kitab Taurat Yahudi, serta tradisi-tradisi keagamaan Yahudi lainnya, namun dalam Surah Al-Baqarah ini ditunjukkan penolakan ajaran Yahudi dan ditransformasikan menjadi ajaran Islam. Misalnya arah berdoa dipindah dari Yerusalem ke Mekkah, puasa tidak lagi pada hari raya Yahudi, tetapi pada bulan Ramadhan.
            Yesus berbeda dengan nabi-nabi yang lainnya yang diceritakan dalam Al-Quran. Yesus lebih difokuskan kepada mukjizat-Nya sebagai pembuktian kuasa Allah (Surah 2:87)[1]. Meskipun berbeda dari nabi-nabi yang lain, Al-Quran pun mengajarkan bahwa semua nabi yang memediasi Wahyu Allah pada prinsipnya sama (Surah 2:136). Jadi Yesus dengan Musa, Abraham, Yakub, dan lainnya itu sama. Namun, perlu diketahui bahwa nabi dan rasul itu berbeda.
Cucu Imran (Surah 3:35-63 dan 84)
            Dalam Surah 3 ini, Qur’an juga menjelaskan mengenai eksistensi Yesus dalam keluarga Maria. Menurut Qur’an, Imran adalah nama ayah dari Maria; yang juga adalah kakek dari Yesus. Surah 3 inilah yang menyajikan bagian terpanjang dan lengkap tentang Yesus dalam Al-Qur’an dengan membaginya ke dalam 5 bagian. Dibandingkan dengan bagian naratif panjang lainnya, seperti Surah 19, disebutkan kelas tinggi untuk Yesus, seperti Firman Allah dan Mesias meskipun ini tidak dijabarkan lebih lanjut.
            Cerita bagian Yesus di Surah 3 ini diberikan oleh delegasi Kristen dari Najran, sebuah kota di bagian pegunungan Yaman di Selatan-barat Saudi. Kekristenan telah tiba di sana melalui Faimiyun tertentu, seorang pedagang dari Najran yang sementara di Suriah, diperintahkan dan dibaptis oleh seorang kenalan.
Diselamatkan dari Salib, tidak dari Trinitas (Surah 4: 153-162; 171-172)
            Surah 4 ini disebut an-nisā atau wanita, karena bagian pertama dari teks ini berisi sejumlah peraturan mengenai hubungan antara pria dan wanita, atau lebih khusus tentang perempuan itu sendiri. Jelas bahwa peraturan bagi masyarakat keagamaan lebih terwujud dibandingkan ketentuan hukum yang ketat saja, meskipun banyak pasal yang polemik dalam surah ini.
            Ayat 153-175 adalah bagian yang kuat terhadap 'Ahli kitab', di mana kita harus memahami orang-orang Yahudi dari Madinah. Mereka dikutuk karena beberapa tindakan, semua yang kita sudah tahu dari para nabi Yahudi tua dan juga dari Yesus: dari kisah Lembu Emas untuk pembunuhan para nabi. Mereka juga mengutuk karena mereka ingin melihat Yesus dibunuh, dan membual bahwa mereka telah mencapainya. Namun Allah telah ‘mengangkat Yesus ke Surga’. Dalam ayat 171-172 kita menemukan argumen terhadap ‘Ahli kitab' yang memberi kemiringan sangat berbeda. Ada penolakan jelas bahwa doktrin bahwa Allah harus tampak ‘tiga’.
            Dalam ayat 171 tentunya kita harus memahami alamatnya adalah untuk ‘Ahli kitab' dan merujuk kepada orang-orang Kristen. Dalam banyak kasus lain itu mengacu pada orang-orang Yahudi, tetapi konteks Kristen ditampilkan lebih untuk diperhatikan dalam ayat ini. Atau kita harus menarik ada diferensiasi di sini, dengan Muhammad membuat titik di sini juga dengan Yahudi-Kristen, orang Yahudi yang percaya Yesus atau sekte yang sulit untuk mengklasifikasikan? Tujuan ayat ini adalah bahwa keesaan Tuhan dan batas antara Allah dan manusia, termasuk Yesus, bisa dibentuk.
Hamba Allah yang Diterima Injil (Surah 5:17-18, 46, 72-79, 110-120)
            Seluruh surah kelima ini adalah kolase resep praktis dan elemen polemik, di mana Yudaisme digambarkan negatif dibandingkan dengan kekristenan. Hal ini dikemukakan secara tajam di 5:82. Namun, bukan orang Yahudi saja yang ditolak dalam surah ini. Di samping pujian bagi orang Kristen, pada ayat 82 ada kritik tajam dari mereka, antara lain dalam komentar tentang pandangan orang Kristen terhadap Yesus.
            Surah 5, dalam bagian akhir jelas perbaikan dalam hal pemahaman Kristen tentang Yesus. perbaikan ini ditempatkan di mulut Yesus sendiri, yang diatur dalam hampir secara liturgis. Hal memuji Tuhan, sebagai satu-satunya Tuhan yang harus dilayani, yang menjadi saksi dan akan menghukum kejahatan.
Benar Seperti Elia (Surah 6:85)
            Surah 6 secara keseluruhan harus mengusung tema terdahulunya, yakni bahwa manusia tidak percaya para nabi yang diutus oleh Allah. Bahkan jika Muhammad telah datang dengan sebuah kitab yang ditulis, orang masih tidak akan percaya padanya. Bahkan Muhammad telah didukung oleh malaikat bahwa masalah itu tidak akan pernah selesai sampai mereka mendapat azab (ayat 10).
            Mengejutkan bahwa tidak ada perhatian yang tepat diberikan kepada kronologi dalam Surah 6:82-86. Musa dan Harun ditempatkan di kemudian waktu, setelah david dan solomon. Ismael tidak ditempatkan sama sekali dalam kaitannya dengan Abraham. Hanya pada periode Madinah, Abraham yang akan dimuliakan sebagai pendiri Ka'bah di Makkah, dan juga kemudian hanya sebagai ayah dari Ismail.Elia dalam bahasa Arab bernama Ilyās. Dia tertulis di Al-Quran hanya di Surah 37:123-132, tetapi dalam legenda Arab dan Islam dari para nabi ia menjadi jelas diidentifikasi sebagai Elia Alkitab.
Ezra dan Yesus Bukanlah Anak Allah (Surah 9:30-31)
            Surah ke-9 ini tidak diragukan lagi sebagai yang paling kejam dalam Al-Qur’an. Ada banyak pembicaraan tentang kekerasan, tanpa batasan dan sering dalam cara yang positif. urah memiliki fitur ini kesamaan dengan kitab Yosua dan Hakim-hakim dalam Alkitab Perjanjian Lama. Misalnya, ayat 29 dalam surah ini mengacu pada pertempuran, tetapi dengan siapa? Banyak intepretasi atas ayat ini bahwa yang diperangi adalah orang Yahudi dan Kristen, ada juga yang berpendapat orang Manicheans dan Zoroastrians, ada juga yang berpendapat orang Hindu dan Buddha; mereka yang dianggap menyembah banyak Allah.
            Penolakan akan Ezra sebagai anak Allah (menurut orang Yahudi) dan Yesus sebagai anak Allah (menurut orang Kristen) terlihat dalam ayat 30-31 menurut Al-Qur’an. Padahal sesungguhnya, Orang Yahudi juga tidak menerima Ezra sebagai anak Allah atau sebagai Allah. Namun ada sejumlah tradisi pasca-Alkitab di mana Ezra disajikan sebagai seseorang yang tidak mati (seperti Musa dan Elia), tetapi diambil dari kalangan laki-laki dan dibawa oleh Allah untuk dirinya sendiri.
Tidak Ada Anak Bagi Allah (Surah 10:68, 18:4)
            Dalam Surah 10:68 berkaitan dengan Surah 112 di mana ada sejumlah ayat dalam Al-Quran yang mengambil kepercayaan dari orang-orang Arab bahwa Allah memiliki anak, dan khususnya anak perempuan. Ayat ini bisa berdiri sendiri sebagai penolakan terhadap kemungkinan bahwa Allah akan memiliki anak atau bahkan anak perempuan, hanya dalam 43:16 dan 53:21. Anak selalu netral gender, seperti kata yang digunakan di sini, walad. Dalam hal ini juga harus menunjukkan bahwa sebelumnya pada ayat 66 ada referensi eksplisit mereka yang menyembah mitra atau rekan di tempat Allah. Surah 18:4 juga tidak jelas ditujukan untuk siapa, apakah kepada orang yang menganut kepercayaan Arab atau orang Kristen.
Anak Maria (Surah 19:16-40 dan 88-96)
            Kisah kehidupan Yesus dalam Surah ini agak lebih pendek dibandingkan Surah 3, tetapi tentu harus dilihat sebagai akun yang lengkap, dari pemberitaan dan melahirkan pembahasan kematiannya. Dalam penafsiran Al-Qur’an secara umum menyimpulkan bahwa bagian ini 19:1-33 adalah bagian tertua tentang Yohanes dan Yesus. Setelah narasi itu ada dua bagian polemik, 34-40 dan 88-98. Bagian akhir harus diambil sebagai menentang keyakinan bahwa dewa tua Arab dan dewi bisa dianggap sebagai anak-anak, mungkin putri, Allah.
            Namun, dalam konteks Surah ini, argumen juga harus diambil sebagai koreksi kepercayaan Kristen. Dengan banyak rasa hormat dan penghargaan untuk tokoh sebelum Yesus, Al-Qur'an tetap telah membawa pesan sendiri di sini. Pesan itu menjadi sistematis bernada dalam kitab wahyu: secara berurutan untuk para nabi sebelumnya seperti Zakaria, Yesus, Abraham, Musa, dan lainnya pesan dibawa mengenai keilahian tunggal, beritanya, di antaranya lebih lanjut menekankan perannya sebagai hakim pada hari penghakiman.

Refleksi
            Setelah membaca buku ini, pikiran saya terbuka terhadap agama Islam, khususnya Yesus dalam agama Islam. Di dalam agama Islam, Yesus diakui sebagai nabi dan Ia dihormati dalam Al-Qur’an. Memang banyak polemik tentang Yesus dalam Al-Qur’an, namun Steenbrink mencoba menjelaskan bahwa polemik itu sebenarnya diciptakan dari intepretasi orang-orang terhadap is Al-Qur’an itu sendiri. Buktinya, ayat-ayat dalam Al-Quran yang sering dikatakan sebagai polemik, diungkap oleh Steenbrink sebagai bukan polemik. Misalnya, masalah Yesus sebagai Anak Allah. Al-Quran tidak pernah secara tegas mengatakan bahwa mereka mengutuk itu, tetapi mereka mengutuk kepada kepercayaan-kepercayaan yang percaya bahwa Allah memiliki anak (secara lahiriah).
            Sisi Yesus dalam sudut pandang Al-Qur’an dikupas mulai dari ia silsilah keluarganya hingga peristiwa kematiannya[2]. Bahkan Al-Qur’an membahas mengenai kakek dari Yesus yang bernama Imran yang ternyata telah menazarkan Maria ketika Maria dikandung ibunya. Jadi, ini memunculkan pandangan baru bagi saya bahwa Maria tidak secara kebetulan dipilih Allah sebagai perantaraan, tetapi memang karena nazar ayah Maria sehingga ia dipilih Allah sebagai perantaraan untuk menghadirkan Yesus ke dunia. Namun, pembahasan mengenai Yesus dalam Al-Quran memang hanya berfokus pada mukjizat-mukjizat Yesus saja.



Daftar Acuan
Duladi. ALLAH: Hubal or Hajar Aswad; Mantan or Masih Dewa Bulan? 26 Maret 2008.             http://indonesia.faithfreedom.org/forum/allah-hubal-or-hajar-aswad-mantan-or-masih-   dewa-bulan-t23646/ (diakses Oktober 4, 2013).
Mita. Puteri-puteri Allah. 19 March 2012. http://sejarah.kompasiana.com/2012/03/19/puteri-puteri-            allah-448174.html (diakses October 30, 2013).
Steenbrink, Karel. The Jesus Verses of The Qur'an. Noida: Henry Martyn Institute, 2011.






[1] Terjadi pengulangan lagi pada Surah 2:253 yang menceritakan tentang Yesus, namun dalam ayat 253 Yesus langsung muncul ke permukaan tanpa ada penjelasan nabi yang lainnya seperti pada ayat 87.
[2] Meskipun menurut Al-Qur’an Yesus tidak mati tetapi diangkat ke Surga

No comments:

Post a Comment