Tepat
tanggal 2 Juni 2012, saya bersama dengan rekan-rekan pemuda GKP Tanah Tinggi
yaitu Yolla dan Theo serta Bang Charles Gultom, mahasiswa STT Jakarta yang
sedang CP II di GKP Tanah Tinggi, menghadiri Ibadah Pentakosta Pemuda Klasis
Jakarta. Awalnya memang ada sedikit kesalahan teknis sehingga kami hanya
berempat datang ke ibadah yang berlangsung di GKP Kampung Tengah. Namun, dengan
tetap bersemangat, kami datang meski dalam kesibukan masing-masing.
Lokasi gereja cukup
sulit dijangkau bagi yang baru datang pertama kali kesana seperti saya. Berada
di dalam gang dan akses ke sana hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan
kaki. Namun setelah tiba disana, saya terkejut dengan kehadiran pemuda GKP
se-Klasis Jakarta serta 4 gereja dari Klasis Purwakarta, yaitu GKP Jatiranggon,
GKP Kampung Sawah, GKP Pondok Melati, dan GKP Jati Asih. Ramai dan euphoria
pemuda remaja sudah terasa saat mengisi daftar hadir. Bertegur sapa,
berkenalan, dan mengobrol antar pemuda remaja GKP.
Acara berlangsung
sangat menarik dan berbeda dari ibadah pemuda remaja pada umumnya. Tidak lagi
monoton, namun sangat ekspresif dan saya berpikir bahwa inilah identitas pemuda
remaja GKP yang selama ini sulit untuk diekspresikan mereka di jemaat
masing-masing. Meski ekspresif, namun ciri khas GKP yaitu berada di wilayah
Pasundan atau Jawa bagian Barat masih kental terasa. Mengapa? Karena alat musik
yang dipakai selain band adalah musik keroncong. Musik keroncong? Ya, benar.
Ini sangat menarik ketika lagu-lagu dari Kidung Jemaat, Pelengkap Kidung Jemaat,
dan Nyanyikanlah Kidung Baru di lantunkan dengan alunan musik keroncong.
Sekilas saya melihat alat musik keroncong yang dipakai adalah ukulele,
seruling, biola, gitar klasik, dan cello. Grup musik keroncong ini bernama
Tjongkikuk.
Setelah itu, yang tidak
kalah menarik adalah setelah pembacaan Alkitab, dilakukan talkshow bersama 3
orang pemuda remaja yang memiliki pengalaman-pengalaman yang cukup menarik.
Pertama adalah Ferren yang menceritakan pengalamannya yang menjadi ketua kelas
saat SMPN 20, ketua osis saat SMA di PSKD 2, hingga menjadi presiden mahasisa
saat kuliah di Universitas Padjadjaran, Bandung. Kedua adalah Milza yang
menceritakan bahwa dia memilih untuk mengambil S2 Psikolog dengan beasiswa
penuh dan menolak untuk dijadikan PNS di sebuah rumah sakit pemerintah. Ketiga
adalah Pandu yang merupakan seorang atlet renang dan telah mengikuti PON
membela DKI Jakarta dan sebentar lagi dia akan membela Indonesia dalam
Singapore Open. Ferren dan Pandu adalah
pemuda remaja GKP Kampung Tengah sementara Milza adalah pemuda remaja GPIB.
Disela-sela talkshow, ada seorang pemudi GKP yang bertanya dan ternyata dia
adalah atlet senam aerobik yang akan bertanding pada PON bulan September nanti.
Saya sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata ada pemuda pemudi GKP yang
merupakan atlet. Sungguh bangga sekali saya menjadi pemuda GKP. Mereka
menceritakan bahwa tanpa adanya bimbingan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus, mereka
tidak bisa mendapatkan ini semua. Dengan tekun berusaha dan berdoa mereka bisa
seperti sekarang ini. Satu lagi yang membuat saya terkejut adalah dengan
kehadiran grup band “Ministri” dari GKP Tanjung Barat yang membawakan lagu
ciptaannya sendiri.
Sungguh
sore menjelang malam yang indah. Saya mungkin tidak bisa tidur lelap malam ini
karena masih kagum dengan potensi-potensi yang dimiliki pemuda remaja GKP saat
ini. Sekarang yang saya tahu, hanya di Klasis Jakarta, bagaimana dengan klasis
yang lain? Saya menduga akan banyak saya jumpai pemuda remaja GKP yang memiliki
potensi emas. Ibadah ini membuat saya tidak mau kalah untuk menjadi hebat
seperti mereka dan membawa pemuda remaja GKP Tanah Tinggi untuk bisa
mengembangkan potensinya di gereja. Mungkin sekarang grup band dari GKP Tanjung
Barat, saya yakin pada kesempatan yang lain, grup band GKP Tanah Tinggi juga
akan tampil sebagus dan sebaik mereka.
Sebagai
penutup ibadah pemuda remaja itu, lagu penutup diiringi oleh grup ansamble dari
Komisi Pelayanan Anak GKP Kampung Tengah. Ini adalah hasil dari lomba ansamble
musik anak yang diselenggarakan oleh Klasis Jakarta juga. Ternyata program yang
bisa mengembangkan bakat seperti ini harus dibuat secara rutin agar tidak
sia-sia semua program yang dibuat oleh masing-masing komisi. Program itu bukan
hanya untuk bersenang-senang dan menghabiskan uang banyak, tetapi bisa
bermanfaat untuk kedepannya.
Ekspresi
pemuda remaja Klasis Jakarta telah terlihat. Pemuda remaja GKP Tanah Tinggi
sebagai bagian dari pemuda remaja GKP Klasis Jakarta, maukah berekspresi
seperti mereka? Ayo pemuda remaja GKP Tanah Tinggi dan semua pemuda di Indonesia, kita ekspresikan masa muda
kita di gereja dan masyarakat dengan hal-hal yang bermanfaat, jangan ekspresikan masa muda
kita di luar sana dengan hal-hal yang tidak berguna seperti narkoba! Tuhan
Yesus melalui curahan Roh Kudus akan selalu menuntun dan membimbing kita dalam mengekspresikan
masa muda kita di gereja kita tercinta, GKP Tanah Tinggi.