Monday, December 16, 2013

Tafsiran Yohanes 7:37-39

Pendahuluan
            Injil Yohanes mulai diakui sebagai injil yang sebagian besar mempunyai latar belakang Yahudi, dan bukan melulu Yunani. Tradisi kuno menempatkan asal kitab Injil ini di Efesus. Sebab itu wajar bila para ahli berusaha mencari suatu latar belakang Helenis, terutama mengingat prakata Injil Yohanes menjelaskan peristiwa inkarnasi firman atau logos. Menarik apabila prakata itu dihilangkan dari Injil Yohanes, maka hanya sedikit saja dari sisa yang dapat dimengerti dengan latar belakang Yunani. Malah sebaliknya, penulis menyatakan tujuannya menulis kitab ini dalam bentuk yang sangat bersifat Yahudi (Drane 2011, 223).
            Yohanes pasal 7 dan 8 terikat bersama dalam hubungannya dengan Hari Raya Pondok Daun sehingga kedua pasal ini harus dilihat sebagai suatu bentuk bagian dari Injil ini. Namun, diantara pasal ini terdapat sebuah kejanggalan akibat munculnya perikop tentang Perempuan yang berzinah (Yoh. 7:53-8:11). Aslinya, formasi teks ini tidak ada pembagian dalam injil Yohanes (Murray 1987, 100).
            Kehadiran Yesus di festival dijelaskan dalam paragraf pembukaan pada pasal 7: Yesus menolak untuk pergi ke festival atas desakan saudara-saudaranya, tetapi kemudian Dia melakukan perjalanan ke Yerusalem secara pribadi, dan di tengah jalan melalui festival itu, Dia mulai mengajar orang banyak di Bait Allah. Beberapa ajaran yang paling karakteristik dari Injil terkandung dalam bagian ini, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan festival Yahudi dalam pelayanan Yesus dan sifat bahwa pelayanan sebagai misi dari Bapa kepada dunia melalui inkarnasi Anak (Murray 1987, 100).          
Tafsiran
(7:37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! (7:38) Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
            Kalimat pembuka dalam ayat 37, “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu” menandakan babak yang baru dalam perikop ini. Puncak perayaan yang dimaksudkan adalah puncak perayaan[1] Hari Raya Pondok Daun atau Festival Tabernakel (Alexander 1995, 622).  Perkataan di ayat 37-38 adalah sebuah contoh luar biasa dari karakteristik Injil Keempat ini, yang dalam tulisannya mewujudkan memori perbuatan besar Allah di masa lalu dan antisipasi tindakan penyelamatan Allah di masa depan (Murray 1987, 113). Perkataan Yesus itu pun memiliki makna seperti air berubah menjadi anggur dalam pemurnian Yahudi, yang juga menunjukkan bahwa ritus lama itu mendapatkan makna yang baru karena kehadiran inkarnasi Firman di dunia (Alexander 1995, 622). Ayat ke 37-38 juga mengisyaratkan akan keberangkatan Yesus dalam kematian yang juga membuat kepastian bahwa baptisan Roh, yang menjadi hadiah tertinggi Yesus kepada semua orang yang percaya kepada-Nya (Tasher 1992, 106).
            Origenes menafsirkan kalimat “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” sebagai isyarat akan adanya jaminan jika mengikut Yesus, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa orang percaya yang haus akan dipuaskan menjadi sumber air hidup kepada orang lain. Jika air hidup melambangkan wahyu Allah melalui Yesus, ini tidak akan menjadi interpretasi yang mustahil, sebab jika itu benar maka akan menandakan bahwa orang yang menerima wahyu dari Yesus kemudian akan menjadi sumber kepada orang lain (Murray 1987, 115). Komentar dari Yohanes, yang berkaitan logion hingga sejarah PL dan janji yang terletak di pusat festival, bahkan dengan ay 39 adalah penjelasannya tentang simbolisme air dalam terang peristiwa yang menyelamatkan dikayu salib dan kebangkitan dan pengiriman roh oleh Kristus (Murray 1987, 116).
(7:39) Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
            Ayat 39 memberikan pernyataan eksplisit dari pemahaman Yohanes tentang hubungan antara karunia roh dan pemuliaan Yesus. Karunia Roh menjadi kenyataan dalam kehidupan orang percaya hanya setelah kematian Yesus, Kebangkitan, dan kenaikan. Memang, Roh Allah turun atas Yesus pada saat pembaptisan-Nya. Namun, Yohanes ingin mengatakan bahwa Roh seperti yang dikenal dalam kehidupan gereja tersebut belum ada, karena Roh Allah didefinisikan ulang dalam terang kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Alexander 1995, 623-624). Yohanes menganggap ajaran dasar bahwa Roh Kudus adalah Roh Kerajaan Allah, dan sementara itu Yesus adalah instrumen kerajaan melalui seluruh pelayanan-Nya, dan acara terpenting dimana keselamatan datang di antara manusia adalah penyaliban sampai kebangkitan Yesus (Murray 1987, 117).
Refleksi
            Membaca tafsiran atas Yohanes 7:37-39 mengingatkan saya akan sebuah iklan salah satu produk minuman kemasan yang mengatakan “sumber air su dekat”. Sumber Air hidup memang benar adalah Yesus, namun jarang orang mau menilik sebuah makna tersirat yang ingin disampaikan bahwa orang yang telah datang kepada Yesus dan sudah mendapatkan “Air hidup” itu, juga dapat membagikan “Air hidup” tersebut kepada orang-orang di sekitar mereka.
            Simbolisasi air digunakan karena air adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia. Seorang manusia dapat bertahan hidup tanpa makan, tetapi tak akan bertahan hidup tanpa minum air. Betapa berharganya air dalam kehidupan. Begitu juga Yesus yang disimbolkan memberikan air kehidupan. Yesus sang sumber utama air hidup itu telah memberikan air hidup kepada seluruh orang yang percaya kepada-Nya. Bahkan Air hidup itu adalah Roh Kudus yang diturunkan pada hari raya Pentakosta, di mana pada saat itu Yesus telah mati, bangkit, dan naik ke Sorga menurut kepercayaan orang-orang Kristen.
            Jadi saat ini, sebagai orang yang percaya akan terang kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus ke Sorga, telah menerima karunia sumber air hidup, yakni Roh Kudus. Sumber air hidup itu sekarang ada pada kita, maukah kita membagikan air hidup itu kepada orang-orang disekitar kita? Bukan dengan melakukan Kristenisasi atau mengajarkan kepada orang-orang untuk percaya kepada Yesus, tetapi dengan memuaskan dahaga mereka yang “haus” karena dunia yang begitu menghimpit dan menyesakkan mereka- yakni bersikap sebagaimana yang telah Yesus ajarkan, yakni mengasihi sesama tanpa pandang buluh. Sumber air su dekat!!      
Daftar Acuan
Alexander, Neil M., dkk. The New Interpreter’s Bible Volume IX. USA: Abingdon Press,            1994.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK    Gunung Mulia, 2011.
Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-       masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Murray, George R. Beasley. World Biblical Commentary: John. USA: Word Incorporated,       1987.
Tasher, R.V.G. Tyndale New Testament Commentaries: "John". USA: Tyndale Press, 1992.
Utley, Bob. Free Bible Commentary. 27 June 1996.             http://www.freebiblecommentary.org/pdf/ind/VOL04_indonesian.pdf (diakses       October 15, 2013).





[1] Ada beberapa pertanyaan apakah ini merupakan pesta perayaan selama tujuh hari (lih. Ul 16:13), atau suatu pesta delapan hari (lih. Im 23:36; Neh 8:17; II Makabe 10:60, dan Yosefus). Tampaknya dalam jaman Yesus ini adalah delapan hari pesta; namun demikian pada hari terakhir tidak ada air yang diambil dari kolam Siloam yang disiramkan di dasar altar sebagaimana dilakukan pada ke tujuh hari lainnya. Kita mempelajari upacara ini dari Traktat Sukkah dari Talmud, yang mengutip Yes 12:3. Ini mungkin merupakan doa untuk hujan yang divisualisasikan bagi hasil-hasil panen (Utley 1996). Ketika Alkitab mencatat bahwa Yesus mengatakan itu di hari terakhir, Yesus mungkin berbicara disaat hari ketujuh yang sedang dilakukan ritual mempersembahkan air anggur kepada dewa, atau pada hari setelah itu, yakni hari ke delapan sebagai hari berisirahat dan merayakan sekaligus menghormati Festival Tabernakel (Alexander 1995, 622). Untuk para rabi "hari terakhir" dari festival adalah hari kedelapan, tetapi mereka tidak pernah berbicara tentang hal itu sebagai hari terbesar. Deskripsi hari terbesar dianggap oleh banyak orang Yahudi untuk menunjukkan hari ketujuh, ketika imam diproses sekitar altar dengan air yang diambil dari Siloam bukan sekali tetapi tujuh kali (Murray 1987, 114).

No comments:

Post a Comment