Monday, December 16, 2013

Tafsiran Perumpamaan atas Lukas 13:18-21

Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya." Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
Tafsiran
            Di ayat sebelumnya, Lukas menceritakan kepala rumah ibadat yang mempermasalahkan Yesus yang menyembuhkan orang pada hari Sabat ketika Ia mengajar di salah satu rumah ibadah. Namun pada ayat 18-21, Yesus menyampaikan perumpamaan ini tanpa ada yang bertanya melainkan Yesus sendiri yang mempertanyakannya. Meskipun tidak ada perubahan lokasi dalam perumpamaan ini, kita tidak boleh berpikir bahwa pendengar perumpamaan ini di dalam teks adalah kerumunan atau kepala rumah ibadat seperti di ayat 10-17 (Noland 1993, 728).
            Menurut Boland, istilah “Kerajaan Allah” telah seringkali dibicarakan. Namun di sini dibicarakan tentang Kerajaan itu dengan dua perumpamaan atau perbandingan. Lukas menghubungkan ayat-ayat ini secara erat kepada bagian yang mendahului, seakan-akan perkataan ini pun juga masih diucapkan oleh Yesus dalam rumah ibadat (Boland 2003, 341).  Dalam perikop ini, Yesus menceritakan dua perumpamaan untuk menunjukkan pertumbuhan fenomenal dari Kerajaan Surga. Kedua perumpamaan ini membentuk pasangan, seperti dua sisi koin yang sama. Perumpamaan tentang biji sesawi menggambarkan pertumbuhan kerajaan yang ekstensif, dan perumpamaan tentang ragi menjelaskan pertumbuhan kerajaan yang intensif (Kistemaker 2001, 46).
            Yesus memilih mengumpamakan Kerajaan Allah dengan menggunakan biji sesawi karena pada masa itu, biji sesawi memang dipakai sebagai pepatah yang menggambarkan kekecilannya (Blomberg 1990, 285). Biji sesawi atau biji sinapi di dalam Injil Matius dikatakan sebagai benih yang terkecil daripada segala benih, namun ketika sudah tumbuh, tanaman itu lebih besar daripada segala tanaman yang belukar. Biji sesawi itu hanya sebesar kepala jarum pentul. Ketika tumbuh, maka tanaman ini bisa mencapai 2-3 meter dan mempunyai batang tetap dan tampak seperti kayu. Bijinya mengandung banyak minyak sehingga disukai oleh burung-burung. Namun dalam hal ini Lukas bukan menekankan pertentangan kecilnya benih dan besarnya tumbuhan itu kelak (Boland 2003, 341).
            Namun agaknya perumpamaan ini terlalu berlebihan. Blomberg mencatat bahwa biasanya pohon dari biji sesawi ini tidak tumbuh cukup besar untuk menarik banyak burung ke sarang di dalamnya (Blomberg 1990, 286). Namun Yesus menerobos batas realitas yang ada untuk memperlihatkan begitu besarnya dampak Kerajaan Allah bagi dunia sehingga realitas pun dapat diterobosnya. Kerajaan Allah digambarkan Lukas seumpama biji sesawi, menandakan bahwa Kerajaan Allah akan dimulai secara ajaib, tersembunyi, dan tidak berarti. Namun perkembangan Kerajaan Allah akan begitu cepat dan tak terhalangi. Pohon yang besar dengan dahan-dahan yang banyak diumpamakan sebagai Kerajaan Allah yang besar yang terbuka bagi semua orang, tidak terkhusus hanya bagi orang-orang Yahudi saja (Heselaars 1981, 167). Sebenarnya kiasan mengenai pohon yang besar sering dipergunakan dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan kerajaan yang besar dan berkuasa.
            Perumpamaan yang kedua yang Yesus ajarkan adalah mengenai perempuan yang mengambil ragi dan mengkhamirkannya dengan tiga sukat tepung. Tiga sukat tepung yang dikhamirkan wanita dengan berbagai diperkirakan menyamai kuantitas 25-40 liter, yang mampu memberi makan lebih dari 100 orang (Blomberg 1990, 286). Namun, tiga sukat tepung  banyak direka-reka sebagai sebagai penggambaran 3 benua yang dibedakan orang pada waktu itu, sesuai dengan ketiga orang anak Nuh. Ada pula yang menyatakan bahwa tiga sukat tepung itu menggambarkan orang Yahudi, Samaria, dan Orang Yunani (Boland 2003, 342).
            Kistemaker memaparkan, sebenarnya penerjemah Alkitab telah mengaburkan terjemahan bahasa Yunani zume sebagai yeast (ragi) bukan leaven (adonan asam). Selain orang Yahudi, kebanyakan orang tidak mengenal kata leaven dan karena alasan ini maka konsep tentang ragi diperkenalkan. Ragi dibuat dari pengolahan larutan mineral gula-garam yang ditambahi zat tepung. Tetapi adonan asam dibuat dengan menyimpan sejumlah adonan selama satu minggu dan ditambahkan sari buah untuk mempercepat fermentasi. Adonan asam dipengaruhi oleh perkembangbiakan bakteri yang berbahaya, yang akan berlangsung terus di dalam proses pembuatan roti sampai proses tersebut dihentikan, yaitu ketika orang makan roti tak beragi selama satu minggu seperti yang dilakukan orang Yahudi selama Paskah (Kistemaker 2001, 51).
            Yesus tidak bermaksud untuk menyebut leaven sebagai sesuatu yang jahat, tetapi Ia menggunakan konsep leaven karena kekuatannya yang tersembunyi. Ragi dan adonan asam meresap ke dalam seluruh adonan sehingga menyebabkan adonan mengembang. Sesudah ragi atau adonan asam dicampur dengan tepung, ragi atau adonan asam itu tidak lagi dapat kita temukan. Ragi dan adonan asam tersembunyi dan tidak terlihat (Kistemaker 2001, 51). 
            Dengan perumpamaan tentang ragi ini, Yesus ingin mengajarkan bahwa Kerajaan Allah menyatakan kekuasaan dan kehadirannya di dunia ini dengan cara yang tersembunyi, namun berdampak besar bagi seluruh partikel yang ada di dunia ini. Yesus memusatkan perhatian kepada kekuatan internal Kerajaan Allah melalui perumpamaan tentang ragi, di mana tidak satupun yang tidak terkena pengaruhnya (Kistemaker 2001, 52).
Refleksi
            Perumpamaan Tentang Biji Sesawi dan Ragi adalah 2 perumpamaan yang kembar, seperti dua mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Perumpamaan ini tidak dapat dipisahkan karena kedua perumpamaan ini menggambarkan bagaimana Kerajaan Allah itu berdampak, baik terlihat (seperti biji sesawi) dan tidak terlihat (seperti ragi). Dengan memberikan perumpamaan ini, Yesus sendiri sudah mengatakan dan mengajarkan kepada orang-orang, juga para pembaca teks Lukas pada masa kini bahwa Kerajaan Allah bukan lagi sesuatu yang ada setelah kehidupan manusia sekarang ini. Kerajaan Allah sudah nyata dan hadir saat ini.
            Hal Kerajaan Allah bukan lagi sekadar tempat, tetapi situasi dimana semua orang dapat masuk dan berperan aktif menghadirkan situasi Kerajaan Allah (misalnya perdamaian, sukacita, dll) seperti pohon sesawi yang tumbuh besar dan dahannya terbuka bagi semua burung di udara. Situasi Kerajaan Allah yang digambarkan dengan perumpamaan biji sesawi adalah situasi di mana tidak ada lagi perbedaan, dia Yahudi dan non-Yahudi, sebab Allah hadir bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi untuk semua orang. Situasi Kerajaan Allah juga layaknya ragi yang diumpamakan Yesus. Situasi Kerajaan Allah harus dirasakan seluruh ciptaan Allah di bumi ini, tanpa terkecuali. Situasi Kerajaan Allah harus meresap ke dalam setiap aspek kehidupan orang-orang, sehingga semua dapat merasakan kehadiran Kerajaan Allah.

Daftar Acuan
Boland, B. J. 2003. Tafsiran Alkitab: Kitab Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Blomberg, Craig L. 1990. Interpreting The Parables. Downers Grove: Intervarsity Press
Heselaars, F. 1981. Tafsir Perjanjian Baru 3: Injil Lukas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kistemaker, Simon. 2001. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Malang: Departemen             Literatur SAAT.
Noland, John. 1993. Word Biblical Commentary: Luke 9:21-18:34. USA: Word Incorporated.



No comments:

Post a Comment