Maka kata
Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan
mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di
kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara
bersarang pada cabang-cabangnya." Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah
Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang
perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir
seluruhnya."
Tafsiran
Di
ayat sebelumnya, Lukas menceritakan kepala rumah ibadat yang mempermasalahkan
Yesus yang menyembuhkan orang pada hari Sabat ketika Ia mengajar di salah satu
rumah ibadah. Namun pada ayat 18-21, Yesus menyampaikan perumpamaan ini tanpa
ada yang bertanya melainkan Yesus sendiri yang mempertanyakannya. Meskipun
tidak ada perubahan lokasi dalam perumpamaan ini, kita tidak boleh berpikir
bahwa pendengar perumpamaan ini di dalam teks adalah kerumunan atau kepala
rumah ibadat seperti di ayat 10-17 (Noland 1993, 728).
Menurut
Boland, istilah “Kerajaan Allah” telah seringkali dibicarakan. Namun di sini
dibicarakan tentang Kerajaan itu dengan dua perumpamaan atau perbandingan.
Lukas menghubungkan ayat-ayat ini secara erat kepada bagian yang mendahului,
seakan-akan perkataan ini pun juga masih diucapkan oleh Yesus dalam rumah
ibadat (Boland 2003, 341). Dalam perikop
ini, Yesus menceritakan dua perumpamaan untuk menunjukkan pertumbuhan fenomenal
dari Kerajaan Surga. Kedua perumpamaan ini membentuk pasangan, seperti dua sisi
koin yang sama. Perumpamaan tentang biji sesawi menggambarkan pertumbuhan
kerajaan yang ekstensif, dan perumpamaan tentang ragi menjelaskan pertumbuhan
kerajaan yang intensif (Kistemaker 2001, 46).
Yesus
memilih mengumpamakan Kerajaan Allah dengan menggunakan biji sesawi karena pada
masa itu, biji sesawi memang dipakai sebagai pepatah yang menggambarkan
kekecilannya (Blomberg 1990, 285). Biji sesawi atau biji sinapi di dalam Injil
Matius dikatakan sebagai benih yang terkecil daripada segala benih, namun
ketika sudah tumbuh, tanaman itu lebih besar daripada segala tanaman yang
belukar. Biji sesawi itu hanya sebesar kepala jarum pentul. Ketika tumbuh, maka
tanaman ini bisa mencapai 2-3 meter dan mempunyai batang tetap dan tampak
seperti kayu. Bijinya mengandung banyak minyak sehingga disukai oleh
burung-burung. Namun dalam hal ini Lukas bukan menekankan pertentangan kecilnya
benih dan besarnya tumbuhan itu kelak (Boland 2003, 341).
Namun
agaknya perumpamaan ini terlalu berlebihan. Blomberg mencatat bahwa biasanya pohon
dari biji sesawi ini tidak tumbuh cukup besar untuk menarik banyak burung ke
sarang di dalamnya (Blomberg 1990, 286). Namun Yesus menerobos batas realitas
yang ada untuk memperlihatkan begitu besarnya dampak Kerajaan Allah bagi dunia
sehingga realitas pun dapat diterobosnya. Kerajaan Allah digambarkan Lukas
seumpama biji sesawi, menandakan bahwa Kerajaan Allah akan dimulai secara
ajaib, tersembunyi, dan tidak berarti. Namun perkembangan Kerajaan Allah akan
begitu cepat dan tak terhalangi. Pohon yang besar dengan dahan-dahan yang
banyak diumpamakan sebagai Kerajaan Allah yang besar yang terbuka bagi semua
orang, tidak terkhusus hanya bagi orang-orang Yahudi saja (Heselaars 1981,
167). Sebenarnya kiasan mengenai pohon yang besar sering dipergunakan dalam
Perjanjian Lama untuk menggambarkan kerajaan yang besar dan berkuasa.
Perumpamaan
yang kedua yang Yesus ajarkan adalah mengenai perempuan yang mengambil ragi dan
mengkhamirkannya dengan tiga sukat tepung. Tiga sukat tepung yang dikhamirkan
wanita dengan berbagai diperkirakan menyamai kuantitas 25-40 liter, yang mampu
memberi makan lebih dari 100 orang (Blomberg 1990, 286). Namun, tiga sukat
tepung banyak direka-reka sebagai
sebagai penggambaran 3 benua yang dibedakan orang pada waktu itu, sesuai dengan
ketiga orang anak Nuh. Ada pula yang menyatakan bahwa tiga sukat tepung itu
menggambarkan orang Yahudi, Samaria, dan Orang Yunani (Boland 2003, 342).
Kistemaker
memaparkan, sebenarnya penerjemah Alkitab telah mengaburkan terjemahan bahasa
Yunani zume sebagai yeast (ragi) bukan leaven (adonan asam). Selain orang Yahudi, kebanyakan orang tidak
mengenal kata leaven dan karena
alasan ini maka konsep tentang ragi diperkenalkan. Ragi dibuat dari pengolahan
larutan mineral gula-garam yang ditambahi zat tepung. Tetapi adonan asam dibuat
dengan menyimpan sejumlah adonan selama satu minggu dan ditambahkan sari buah
untuk mempercepat fermentasi. Adonan asam dipengaruhi oleh perkembangbiakan
bakteri yang berbahaya, yang akan berlangsung terus di dalam proses pembuatan
roti sampai proses tersebut dihentikan, yaitu ketika orang makan roti tak
beragi selama satu minggu seperti yang dilakukan orang Yahudi selama Paskah
(Kistemaker 2001, 51).
Yesus
tidak bermaksud untuk menyebut leaven sebagai
sesuatu yang jahat, tetapi Ia menggunakan konsep leaven karena kekuatannya yang tersembunyi. Ragi dan adonan asam
meresap ke dalam seluruh adonan sehingga menyebabkan adonan mengembang. Sesudah
ragi atau adonan asam dicampur dengan tepung, ragi atau adonan asam itu tidak
lagi dapat kita temukan. Ragi dan adonan asam tersembunyi dan tidak terlihat
(Kistemaker 2001, 51).
Dengan
perumpamaan tentang ragi ini, Yesus ingin mengajarkan bahwa Kerajaan Allah
menyatakan kekuasaan dan kehadirannya di dunia ini dengan cara yang
tersembunyi, namun berdampak besar bagi seluruh partikel yang ada di dunia ini.
Yesus memusatkan perhatian kepada kekuatan internal Kerajaan Allah melalui
perumpamaan tentang ragi, di mana tidak satupun yang tidak terkena pengaruhnya
(Kistemaker 2001, 52).
Refleksi
Perumpamaan
Tentang Biji Sesawi dan Ragi adalah 2 perumpamaan yang kembar, seperti dua mata
koin yang tidak dapat dipisahkan. Perumpamaan ini tidak dapat dipisahkan karena
kedua perumpamaan ini menggambarkan bagaimana Kerajaan Allah itu berdampak,
baik terlihat (seperti biji sesawi) dan tidak terlihat (seperti ragi). Dengan
memberikan perumpamaan ini, Yesus sendiri sudah mengatakan dan mengajarkan
kepada orang-orang, juga para pembaca teks Lukas pada masa kini bahwa Kerajaan
Allah bukan lagi sesuatu yang ada setelah kehidupan manusia sekarang ini.
Kerajaan Allah sudah nyata dan hadir saat ini.
Hal
Kerajaan Allah bukan lagi sekadar tempat, tetapi situasi dimana semua orang
dapat masuk dan berperan aktif menghadirkan situasi Kerajaan Allah (misalnya
perdamaian, sukacita, dll) seperti pohon sesawi yang tumbuh besar dan dahannya
terbuka bagi semua burung di udara. Situasi Kerajaan Allah yang digambarkan
dengan perumpamaan biji sesawi adalah situasi di mana tidak ada lagi perbedaan,
dia Yahudi dan non-Yahudi, sebab Allah hadir bukan hanya untuk orang Yahudi,
tetapi untuk semua orang. Situasi Kerajaan Allah juga layaknya ragi yang
diumpamakan Yesus. Situasi Kerajaan Allah harus dirasakan seluruh ciptaan Allah
di bumi ini, tanpa terkecuali. Situasi Kerajaan Allah harus meresap ke dalam
setiap aspek kehidupan orang-orang, sehingga semua dapat merasakan kehadiran
Kerajaan Allah.
Daftar Acuan
Boland, B. J. 2003. Tafsiran Alkitab: Kitab Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Blomberg, Craig L. 1990. Interpreting The Parables. Downers Grove: Intervarsity Press
Heselaars, F. 1981. Tafsir Perjanjian Baru 3: Injil Lukas. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Kistemaker, Simon. 2001. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Malang: Departemen Literatur SAAT.
Noland, John. 1993. Word Biblical Commentary: Luke 9:21-18:34. USA: Word Incorporated.
No comments:
Post a Comment