Wednesday, December 26, 2012

Kata Berkat? Ternyata Bisa Direfleksikan (Tafsiran atas Bilangan 6:22-27)


Pendahuluan
            “Bilangan” adalah nama yang aneh untuk kitab semacam ini. Nama bilangan muncul dari para penerjemah Septuaginta, yang dalam Kitab Suci Ibrani kitab ini berjudul “Di padang gurun [Sinai]” (Lasor 1993, 232). Kitab Bilangan pasal 1:1 sampai pasal 10:10 merupakan kelanjutan kitab Imamat. Pada bagian ini, saya akan menjelaskan Bilangan 6:22-27 yang merupakan peraturan, yaitu tentang orang nazir (Mulder 1963, 69), khususnya ucapan berkat Harun. Berkat Imamat kepada jemaat menutup bagian kecemaran di perkemahan dalam Bilangan 5-6.
Tafsiran   
Ayat 22-23;27: TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka”; Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka."
            Materi pengantar dalam ayat 22-23 berasal dari penulis sendiri, dan ada sedikit alasan untuk menyangkal di ayat 27 bahwa itu adalah berasal dari penulis. Surat itu adalah komentar halachic tentang pentingnya berkat imamat (Budd 1984, 75). Bilangan 6:22-23 merupakan kerangka berkat imam dalam konteks Bilangan 5-6. Ayat-ayat ini mengambil bentuk instruksi ilahi untuk imamat Harun. Bilangan 6:22-23 menunjukkan bahwa berkat itu dimaksudkan sebagai fungsi berkat penutup (ayat 22-23) dengan instruksi untuk kemurnian kamp di bab 5-6. Bilangan 6:27 menjelaskan bahwa yang memberkati Israel adalah Allah, bukan imam (Achtemeier 1994, 66).
            Berbeda dengan sebelumnya, menurut Ashley Allah adalah penulis dan Musa mediator. Imam (Harun dan anak-anaknya) adalah untuk menjadi orang-orang di Israel yang mengucapkan berkat tersebut. Kerangka kerja ini menggunakan orang ketiga jamak maskulin, sedangkan berkat itu sendiri bergeser menjadi bentuk ke kedua orang tunggal maskulin. Pergeseran ini mungkin menunjukkan bahwa berkat sudah mencapai bentuk liturgis tetap yang tidak dapat diubah. Bentuk jamak orang ketiga maskulin dilanjutkan pada bagian terakhir dari kerangka, yang menceritakan berkat yang terjadi jika berkat ini diucapkan dan semua hukum bagian sebelumnya secara tepat diikuti. Petunjuk para imam adalah untuk menempatkan nama Yahwe pada umat, dalam arti sempit, namun nama Allah akan diletakkan pada orang-orang jika mereka menaati hukum imam sebagaimana terungkap dalam Imamat 1-Bilangan 6. Bahwa Allah adalah orang yang mampu untuk memberkati umat-Nya yang setia yang terlihat dalam ayat 22 oleh fakta bahwa Yahweh yang merupakan penulis pewahyuan. Dalam ayat 27 Ia membuat pernyataan tegas "Aku akan memberkati mereka". Itu adalah Tuhan yang sama yang menjadi sumber dari semua berkat yang ditetapkan, di sini terlihat dalam keempat tubuh dari berkat dengan tiga kali lipat pengulangan Yahweh sebagai subyek. (Ashley 1992, 150).
Ayat 24-26: TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
            Berkat itu sendiri dalam ay 24-26 telah banyak diakui sebagai awal dan tradisional. Karakteristik linguistik menghubungkannya dengan mazmur, dan mungkin telah mempengaruhi Mazmur 67 dan mungkin Mazmur 4:7. Hal ini berirama dengan tiga baris (terdiri tiga kata, lima kata, dan tujuh katanya masing-masing), dan menggunakan modus orang kedua tunggal alamat yang bukan tipikal sumber P. Sebuah tanggung jawab imam dalam hal ini dibuktikan dalam Ul 10:8; 21:5, dan tampaknya ada alasan yang baik untuk percaya bahwa bentuk berkat ini benar-benar digunakan dalam pra-pembuangan Bait Suci, dan bahwa ini adalah teks yang disimpan di antara Zadok di pengasingan (Budd 1984, 75).
            Pada baris pertama ayat 24, imam berdoa agar Tuhan akan memberkati dan melindungi umat yang setia. Istilah pertama adalah ringkasan umum dari segala sesuatu yang lain di berkat. Arti dasar dari memberkati berhubungan dengan kekuatan untuk menjadi subur dan berlimpah atau makmur. Tuhan, itu berdoa, akan memberikan kelimpahan komunitas setia dan kesuburan di semua bidang kehidupan (Ashley 1992, 151).
            Menjaga. Kekuatan Allah dalam menjaga atau melindungi dapat dilihat dalam konteks yang luas yang dipisahkan dalam Perjanjian Lama. Allah memiliki kekuatan untuk menjaga dan melindungi hamba-hambanya yang hidup dengan setia, di mana pun mereka berjalan.
Tuhan dapat mengawasi hamba-hambanya dalam pertempuran, memberikan perhatian untuk umat umat-Nya. Allah juga setia berpegang pada perjanjian-Nya dengan umat-Nya dan teguh pada perjanjian-Nya dan kesetiaan cinta dengan mereka, bukan karena Ia harus tetapi karena rahmat-Nya (Ashley 1992, 152).
            Dalam ayat 25-26, klausa awal ayat-ayat ini adalah identik kecuali untuk kata kerja. Kedua klausa bertanya, dalam hal sedikit berbeda, bahwa TUHAN menunjukkan keberadaan hati kepada umat-Nya yang setia. Klausa pertama adalah doa yang ia mengambil tindakan untuk membuat wajah-Nya bersinar dalam kebajikan pada umat-Nya. Kata kerja kedua, mengangkat, tidak di tempat lain digunakan dengan Allah sebagai subjek. Ketika Tuhan "menyembunyikan wajah-Nya", Dia marah. Jadi ketika Tuhan mengangkat wajahnya, maka pada umat-Nya tampak untuk selamanya. Yang "bersinar ke muka" dan "menadahkan" wajah Yahweh lebih erat didefinisikan oleh dua klausa kedua. Positif kehadiran Allah dengan isu orang-orang-Nya dalam kasih karunia dan damai (Ahley 1992, 152).
            “Karunia” menggambarkan sikap bahwa isu-isu dalam tindakan ramah dari pihak yang lebih unggul kepada yang lebih rendah di mana lebih rendah tidak memiliki klaim atas yang lebih unggul. Keanggunan merupakan aspek fundamental dari karakter Yahweh, sebagai Perjanjian Lama dan Baru berlimpah saksi. Bahkan Meskipun penempatan bagian ini menekankan menjaga dari berbagai hukum dan ritual, yang menjaga hukum tidak memaksa Tuhan untuk menjadi murah hati. Bahkan, jika pihak rendah layak dan kebaikan, itu bukan menjadi hadiah, tetapi pembayaran. Yahwe berkuasa dan Dia akan menunjukkan kasih karunia-Nya kapan dan kepada siapa Ia berkehendak. Kehadiran kemurahan Allah mengarah, pada akhirnya, untuk perdamaian (šālŏm). Dengan berakhir dengan berkat šālŏm Harun berakhir seperti umumnya sebagai permulaan. Šālŏm pada dasarnya bukan hanya tidak adanya konflik, meskipun yang mungkin menjadi bagian dari itu. Pada dasarnya, šālŏm berarti kepenuhan hidup dan keutuhan dalam semua bidang kehidupan: materi, keluarga, sosial, dan religius. Orang mungkin mengatakan bahwa motif pemberian Allah yang utuh adalah karunia-Nya, yang pada gilirannya kembali ke titik terang keberadaan dan kehendak-Nya untuk memberkati (Ashley 1992, 153).
Aplikasi
            Teks Bilangan 6:22-27 merupakan salah satu kerangka berkat yang dipakai di gereja-gereja masa kini. Pada akhir sebuah ibadah, susunan kalimat ini diucapkan oleh pendeta sambil melakukan penumpangan tangan ke hadapan jemaat. Kalimat berkat yang terambil dari teks Bilangan 6:22-27 ini menjadi sebuah tradisi liturgis gerejawi yang dipakai gereja-gereja di dunia, termasuk di Indonesia. Teks ini memang merupakan berkat penutup dari sebuah kisah kecemaran di perkemahan dalam Bilangan 5-6. Jadi, tidak salah kalau teks Bilangan ini dipakai menjadi suatu susunan liturgis gerejawi yang ditempatkan di akhir ibadah sebagai penutup.
            Namun, yang menjadi permasalahan adalah banyak orang yang menunggu kata-kata berkat ini setiap kali beribadah. Di gereja saya, beberapa orang menantikan kata-kata berkat itu dan ketika kata-kata berkat itu diucapkan, beberapa orang membuka telapak tangan layaknya orang meminta-meminta. Padahal sesungguhnya yang memberikan berkat itu adalah Allah, bukan pendeta, tetapi mereka begitu menantikan pendeta memberikan berkat dalam suatu ibadah. Seperti yang sudah dituliskan di dalam hasil penafsiran, bahwa Allah adalah sang penulis, Musa sebagai mediator, dan Harun sebagai imam yang mengucapkan berkat tersebut, demikian pula yang terjadi pada masa kini, Allah adalah sang penulis, Alkitab adalah sebuah mediator, dan pendeta yang mengucapkan berkat.
            Teks Bilangan 6:22-27 ini bukan sekedar kerangka kalimat berkat, tetapi di dalamnya terdapat kata-kata yang begitu menggambarkan betapa besar kuasa Allah atas manusia. Tidak banyak pendeta yang mau menjelaskan kata-kata berkat ini, dan jarang sekali orang memakai teks Bilangan ini sebagai bahan khotbah, padahal isinya sangat menarik. Teks Bilangan ini menjadi sempit maknanya karena terkurung dalam sebuah tradisi liturgis gerejawi yang memakai teks ini sebagai kata-kata berkat. Teks ini bisa menjadi bahan refleksi bagaimana TUHAN mau memberkati manusia yang telah mencemarkan dunia ini.
            Saya berfleksi atas teks bilangan ini, terutama pada ayat 24-26:
·         TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
Senantiasa Tuhan memberkati setiap aspek kehidupan kita, jadi seharusnya kita tak perlu bersedih dan takut ketika ada permasalahan dan pergumulan, karena Tuhan selalu memberkati setiap langkah yang kita ambil untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan selalu melindungi kita. Mata Tuhan selalu terjaga untuk melihat dan menjaga kita. Maka dari itu, bersukacitalah.
·         TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
Kasih karunia telah diberikan Tuhan kepada kita lewat kehidupan kita. Tuhan sudah dengan murah hati memberikan kasih karunia-Nya kepada kita, jadi apa yang harus kita lakukan untuk dia? Melakukan hal yang tak melanggar ketetapannya, karena itulah kewajiban kita sebagai manusia di hadapan Tuhan dan Tuhan telah memberikan hak kita, yaitu kasih karunia-Nya. Oleh sebab itu, bersukacitalah.
·         TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Kita sebagai manusia telah dianggap sebagai citra Tuhan, segambar dengan Tuhan, dan ini dibuktikan ketika Tuhan mau menghadapkan wajahnya kepada kita. Tuhan mau turun dan menyapa kita, serta memberikan kita damai sejahtera. Sebuah kedamaian tak perlu dicari-cari manusia lagi karena sebenarnya Tuhan telah memberikan damai sejahtera, hanya bagaimana cara kita untuk mempertahankan kedamaian itu. Kedamaian bukan hanya sebatas tidak ada konflik, tetapi kepenuhan hidup dan keutuhan dalam semua bidang kehidupan: materi, keluarga, sosial, dan religius. Tuhan telah memberikan kita materi di dunia ini, Tuhan menempatkan kita pada sebuah keluarga, lingkungan sosial masyarakat, dan kita percaya bahwa Tuhan adalah sang pencipta. Jadi, bersukacitalah.

Daftar Acuan
Achtemeier, Elizabeth. The New Interpreter’s Bible Vol. II.  USA: Abingdon Press, 1994.
Ashley, Timothy R. The Book of Numbers. Gran Rapids: Eerdmans, 1992.
Budd, Philip J. Word Biblical Commentary vol 5 – Numbers. Waco: Word Books Publisher, 1984.   
LaSor, William Sandford, David Allan Hubbard dan Frederic William Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Mulder, D. C. Pembimbing Kedalam Perdjandjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963.




No comments:

Post a Comment