Pendahuluan
Injil Yohanes mulai diakui sebagai
injil yang sebagian besar mempunyai latar belakang Yahudi, dan bukan melulu
Yunani. Tradisi kuno menempatkan asal kitab Injil ini di Efesus. Sebab itu
wajar bila para ahli berusaha mencari suatu latar belakang Helenis, terutama
mengingat prakata Injil Yohanes menjelaskan peristiwa inkarnasi firman atau logos. Menarik apabila prakata itu
dihilangkan dari Injil Yohanes, maka hanya sedikit saja dari sisa yang dapat
dimengerti dengan latar belakang Yunani. Malah sebaliknya, penulis menyatakan
tujuannya menulis kitab ini dalam bentuk yang sangat bersifat Yahudi (Drane
2011, 223).
Yohanes pasal 7 dan 8 terikat
bersama dalam hubungannya dengan Hari Raya Pondok Daun sehingga kedua pasal ini
harus dilihat sebagai suatu bentuk bagian dari Injil ini. Namun, diantara pasal
ini terdapat sebuah kejanggalan akibat munculnya perikop tentang Perempuan yang
berzinah (Yoh. 7:53-8:11). Aslinya, formasi teks ini tidak ada pembagian dalam
injil Yohanes (Murray 1987, 100).
Kehadiran Yesus di festival
dijelaskan dalam paragraf pembukaan pada pasal 7: Yesus menolak untuk pergi ke
festival atas desakan saudara-saudaranya, tetapi kemudian Dia melakukan
perjalanan ke Yerusalem secara pribadi, dan di tengah jalan melalui festival itu,
Dia mulai mengajar orang banyak di Bait Allah. Beberapa ajaran yang paling
karakteristik dari Injil terkandung dalam bagian ini, terutama yang berkaitan
dengan pemenuhan festival Yahudi dalam pelayanan Yesus dan sifat bahwa
pelayanan sebagai misi dari Bapa kepada dunia melalui inkarnasi Anak (Murray
1987, 100).
Tafsiran
(7:37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan
itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum! (7:38) Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang
dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air
hidup."
Kalimat pembuka dalam ayat 37, “Dan
pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu” menandakan babak yang baru
dalam perikop ini. Puncak perayaan yang dimaksudkan adalah puncak perayaan[1]
Hari Raya Pondok Daun atau Festival Tabernakel (Alexander 1995, 622). Perkataan di ayat 37-38 adalah sebuah contoh
luar biasa dari karakteristik Injil Keempat ini, yang dalam tulisannya
mewujudkan memori perbuatan besar Allah di masa lalu dan antisipasi tindakan
penyelamatan Allah di masa depan (Murray 1987, 113). Perkataan Yesus itu pun
memiliki makna seperti air berubah menjadi anggur dalam pemurnian Yahudi, yang
juga menunjukkan bahwa ritus lama itu mendapatkan makna yang baru karena
kehadiran inkarnasi Firman di dunia (Alexander 1995, 622). Ayat ke
37-38 juga mengisyaratkan akan keberangkatan Yesus dalam kematian yang juga membuat
kepastian bahwa baptisan Roh, yang menjadi hadiah tertinggi Yesus kepada semua
orang yang percaya kepada-Nya (Tasher 1992, 106).
Origenes menafsirkan kalimat “Barangsiapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum!” sebagai isyarat akan adanya jaminan jika mengikut
Yesus, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa orang percaya yang haus akan dipuaskan
menjadi sumber air hidup kepada orang lain. Jika air hidup melambangkan wahyu Allah
melalui Yesus, ini tidak akan menjadi interpretasi yang mustahil, sebab jika
itu benar maka akan menandakan bahwa orang yang menerima wahyu dari Yesus
kemudian akan menjadi sumber kepada orang lain (Murray 1987, 115). Komentar
dari Yohanes, yang berkaitan logion hingga sejarah PL dan janji yang terletak
di pusat festival, bahkan dengan ay 39 adalah penjelasannya tentang simbolisme
air dalam terang peristiwa yang menyelamatkan dikayu salib dan kebangkitan dan
pengiriman roh oleh Kristus (Murray 1987, 116).
(7:39) Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima
oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus
belum dimuliakan.
Ayat 39 memberikan pernyataan
eksplisit dari pemahaman Yohanes tentang hubungan antara karunia roh dan
pemuliaan Yesus. Karunia Roh menjadi kenyataan dalam kehidupan orang percaya
hanya setelah kematian Yesus, Kebangkitan, dan kenaikan. Memang, Roh Allah
turun atas Yesus pada saat pembaptisan-Nya. Namun, Yohanes ingin mengatakan
bahwa Roh seperti yang dikenal dalam kehidupan gereja tersebut belum ada,
karena Roh Allah didefinisikan ulang dalam terang kematian, kebangkitan, dan
kenaikan Yesus (Alexander 1995, 623-624). Yohanes menganggap ajaran dasar bahwa
Roh Kudus adalah Roh Kerajaan Allah, dan sementara itu Yesus adalah instrumen
kerajaan melalui seluruh pelayanan-Nya, dan acara terpenting dimana keselamatan
datang di antara manusia adalah penyaliban sampai kebangkitan Yesus (Murray
1987, 117).
Refleksi
Membaca tafsiran atas Yohanes
7:37-39 mengingatkan saya akan sebuah iklan salah satu produk minuman kemasan
yang mengatakan “sumber air su dekat”. Sumber Air hidup memang benar adalah
Yesus, namun jarang orang mau menilik sebuah makna tersirat yang ingin disampaikan
bahwa orang yang telah datang kepada Yesus dan sudah mendapatkan “Air hidup”
itu, juga dapat membagikan “Air hidup” tersebut kepada orang-orang di sekitar
mereka.
Simbolisasi air digunakan karena air
adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia. Seorang manusia dapat bertahan
hidup tanpa makan, tetapi tak akan bertahan hidup tanpa minum air. Betapa
berharganya air dalam kehidupan. Begitu juga Yesus yang disimbolkan memberikan
air kehidupan. Yesus sang sumber utama air hidup itu telah memberikan air hidup
kepada seluruh orang yang percaya kepada-Nya. Bahkan Air hidup itu adalah Roh
Kudus yang diturunkan pada hari raya Pentakosta, di mana pada saat itu Yesus
telah mati, bangkit, dan naik ke Sorga menurut kepercayaan orang-orang Kristen.
Jadi saat ini, sebagai orang yang
percaya akan terang kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus ke Sorga, telah
menerima karunia sumber air hidup, yakni Roh Kudus. Sumber air hidup itu
sekarang ada pada kita, maukah kita membagikan air hidup itu kepada orang-orang
disekitar kita? Bukan dengan melakukan Kristenisasi atau mengajarkan kepada
orang-orang untuk percaya kepada Yesus, tetapi dengan memuaskan dahaga mereka
yang “haus” karena dunia yang begitu menghimpit dan menyesakkan mereka- yakni
bersikap sebagaimana yang telah Yesus ajarkan, yakni mengasihi sesama tanpa
pandang buluh. Sumber air su dekat!!
Daftar Acuan
Alexander,
Neil M., dkk. The New Interpreter’s Bible
Volume IX. USA: Abingdon Press, 1994.
Drane, John. Memahami
Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Marxsen, Willi. Pengantar
Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah- masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Murray, George R. Beasley. World
Biblical Commentary: John. USA: Word Incorporated, 1987.
Tasher, R.V.G. Tyndale New
Testament Commentaries: "John". USA: Tyndale Press, 1992.
Utley, Bob. Free Bible
Commentary. 27 June 1996. http://www.freebiblecommentary.org/pdf/ind/VOL04_indonesian.pdf
(diakses October 15, 2013).
[1] Ada beberapa pertanyaan apakah ini merupakan
pesta perayaan selama tujuh hari (lih. Ul 16:13), atau suatu pesta delapan hari
(lih. Im 23:36; Neh 8:17; II Makabe 10:60, dan Yosefus). Tampaknya dalam jaman
Yesus ini adalah delapan hari pesta; namun demikian pada hari terakhir tidak
ada air yang diambil dari kolam Siloam yang disiramkan di dasar altar
sebagaimana dilakukan pada ke tujuh hari lainnya. Kita mempelajari upacara ini
dari Traktat Sukkah dari Talmud, yang mengutip Yes 12:3. Ini mungkin merupakan
doa untuk hujan yang divisualisasikan bagi hasil-hasil panen (Utley 1996) .
Ketika Alkitab mencatat bahwa Yesus mengatakan itu di hari
terakhir, Yesus mungkin berbicara disaat hari ketujuh yang sedang dilakukan
ritual mempersembahkan air anggur kepada dewa, atau pada hari setelah itu,
yakni hari ke delapan sebagai hari berisirahat dan merayakan sekaligus
menghormati Festival Tabernakel (Alexander 1995, 622). Untuk para rabi
"hari terakhir" dari festival adalah hari kedelapan, tetapi mereka
tidak pernah berbicara tentang hal itu sebagai hari terbesar. Deskripsi hari
terbesar dianggap oleh banyak orang Yahudi untuk menunjukkan hari ketujuh,
ketika imam diproses sekitar altar dengan air yang diambil dari Siloam bukan
sekali tetapi tujuh kali (Murray 1987, 114).
No comments:
Post a Comment